Pencerahan untukku

Hari itu, entah apa yang kurasakan. Setelah sholat Ashar, diri ini seakan-akan lemah tak berdaya setelah melihat semua keagungan Allah SWT dan tak terasa air mata ini mengalir begitu deras. Setelah beberapa menit, diriku langsung membacakan salah satu surat yang ada di dalam Al Quran. Baru juga membacakan surat Pembukaan, tangisanku semakin menjadi-jadi.
”Ya Allah, begitu tak berdayanya diriku di hadapan-Mu.
Ya Allah Ya Tuhanku. Janganlah Engkau menjauh dariku atas segala kebodohan, kekhilafan, dan kekotoran jiwaku ini. Dekatkanlah diri-Mu selalu disisiku wahai Tuhanku, karena itulah yang aku butuhkan saat ini.
Ya Allah, Berikanlah sedikit kehangatan cinta-Mu di dalam diri ini. Berikanlah secercah cahaya cinta-Mu tuk menghangatkan jiwa yang telah ternodai.
Ya Allah, maafkan hamba-Mu yang telah melupakan nikmat-Mu. Maafkan kalau rasa syukurku masih sangat jauh dibandingkan nikmat yang telah Engkau berikan padaku.
Ya Allah, maafkan segala dosaku, keluargaku, dan seluruh kaum Muslimin, baik yang masih hidup walaupun yang sudah meninggal, dengan keluasan rahmat Mu, wahai Dzat Pemberi rahmat yang terbaik.
Ya Allah, Berilah aku kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, hindarkan aku dari siksa kubur-Mu, jauhkan tempatku kelak dari api neraka-Mu.
Laa hawla wa laa quwwata illa billaah. Alhamdulillahirabbil'allamiin.”
Setelah ku berdoa, ku lanjutkan membaca ayat-ayat suci itu dan alhamdulillah seketika itu pula hati ini merasa tenang.
Setelah selesai membaca ayat-ayat suci itu ku langsung berpikir, bagaimana diriku bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta? Sedangkan saat itu, diriku masih belum mempunyai Murobbi.
Akhirnya, ku ambil HP yang ada di dalam tas dan ku coba telepon Ummi Heppy (beliau guru SMK-ku dulu). Alhamdulillah, beliau pun bersedia membantuku. Sekitar pukul 16.00, diriku berangkat tuk menemui beliau dan beliau sudah menungguku di area parkir Mesjid Arrasyidun beserta kedua anaknya (Hisyam dan Aida).
Setelah bertemu, kami berusaha mencari tempat supaya saya bisa menceritakan keadaan hati saat itu dan kami pun menuju tempat bimbel kedua anak beliau. Di mobil estem warna biru yang sedang di parkir di depan LPK itulah diriku mulai menceritakan semuanya. Mulai dari pekerjaan, keseharian dan tentang DWA.
Alhamdulillah ketika adzan maghrib berkumandang hati ini merasa ada pencerahan. Dan kami pun melaksanakan sholat berjamaah di mesjid yang tidak jauh dari LPK itu. Setelah selesai melaksanakan sholat maghrib, kami pun berusaha tuk pulang.
Setelah beberapa menit berada di kendaraan, hujan pun turun sangat deras. Di tengah perjalanan kami sempat singgah di salah satu rumah makan yang menjual semua makanan khas kota kami. Kami pun memesan makanan yang akan kami makan. Setelah selesai makan, tak ku sangka HP ku pun berbunyi. DWA yang menelponku dan sebelum kuangkat teleponnya terlebih dahulu diriku meminta izin ke beliau. Beliau sempat bertanya, ”Telepon dari siapa?” dan ku jawab ”Orang yang ku ceritakan tadi mi”. Beliaupun mengizinkan diriku tuk angkat teleponnya. Sambil menuju mobil beliau, diriku berbicara dengan dirinya. Karena barangkali mengganggu beliau dan kedua anaknya, akhirnya diriku meminta tuk menyudahi pembicaraan kami. Alhamdulillah diapun mengerti. Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan tuk pulang dan tepat adzan Isya diriku diturunkan di depan SMK-ku.

Artikel yang berhubungan diantaranya :



0 komentar:

Post a Comment


Copyright 2013 Wasum Diwa