Berkunjung ke Gua Sunyaragi

Seperti hari-hari kerja biasanya, sekitar jam 07.00 yang biasanya digunakan tuk MR komputer, tapi hari itu terasa bosan. Karena tidak ada kegiatan yang bisa saya lakukan. Saya sempat berpikir ”mau pulang ke kampung, tapi nanti sore ada LIQO. Mau browsing tapi lagi males liat monitor. Mau jalan-jalan tapi motorku baru di cuci”.
Akhirnya, sekitar jam 8.00 saya coba tuk pergi ke tempat kerja. Tapi sebelum berangkat ke sana, tiba-tiba ada yang menelponku. Dan penelpon itu mengajakku tuk pergi liburan. Kali ini dia mengajak ke Gua Sunyaragi (salah satu cagar budaya yang berada di Kota Cirebon). Dan saya pun menyetujui ajakannya. Akhirnya, kami berempat pergi ke tempat itu.
Saya mengakui, saya tidak tau bagaimana keadaan Gua Sunyaragi itu. Karena saya tidak pernah berkunjung ke tempat itu. Maklum lah saya tidak suka rekreasi. Seperti cagar budaya lainnya, Gua Sunyaragi pun terlihat seperti bangunan jaman dulu.
Saat berada di komplek Gua Sunyaragi, kami di temani oleh salah satu pemandu. Pemandu itu menceritakan semua tentang Gua Sunyaragi. Kata-kata pemandu yang masih saya ingat.
Tahun 1458 Saka, didirikan sebuah pesanggrahan yang bernama Taman Klangenan Sunyaragi di tepi segeran (danau Jati) yang fungsi utamanya tuk bersemedi. Sunyaragi berasal dari 2 kata yakni Sunya yang berarti sunyi dan ragi yang berarti raga, sedangkan taman Klangenan berarti taman sari, sehingga pesanggrahan tersebut dikenal pula dengan nama Taman Sari Sunyaragi.
Arsitekturnya menarik, karena perpaduan antara gaya Indonesia Klasik, Gaya Cina, Gaya Islam dan Gaya Eropa. Kita lihat saja contoh dari bangunan klasiknya seperti Bale Kambang, Mande Beling, Gedung Pesanggrahan, gapura, dan beberapa patung. Gaya Cina dapat dijumpai pada hiasan-hiasannya seperti bunga persik, bunga teratai, dan bunga matahari. Gaya Islam berupa relung yang terdapat pada dinding bangunan, tanda kiblat pada tiap tempat sholat, tempat wudlu dan bentuk bangunan Bangsal Jinem yang menyerupai Ka’bah. Gaya Eropa bisa dilihat pada jendela-jendela bangunan Keputren, bentuk tangga putar pada Gua Arga Lumut dan bentuk gedung Pesanggrahan.
Selain peninggalan dalam bentuk bangunan, di komplek Taman Gua Sunyaragi juga di temukan beberapa temuan lepas diantaranya benda-benda yang terbuat dari logam, kayu dan keramik”
.
Setelah kunjungan itu, saya selaku anak daerah merasa bangga. Karena di daerahku masih ada bangunan jaman dulu yang masih berdiri tegak dan akhirnya sayapun mengenal cagar budaya itu. Hanya saja saat kami berkunjung ke tempat itu masih banyak terdapat ilalang dan rumput liar yang masih tumbuh bebas.
Apakah anak-cucu kita akan bisa melihat cagar budaya ini kalau sampai sekarang perawatannya saja masih kurang?

Artikel yang berhubungan diantaranya :



0 komentar:

Post a Comment


Copyright 2013 Wasum Diwa