Di Gerbong Kereta Bag. II

Udah baca yang Bag. I dan Bag. III belum?
Tapi kalau mau baca yang Bag. II juga ga papa kok dan kira-kira ceritanya seperti ini :
Benar-benar ramai sekali di dalam kereta. Kulihat banyak orang yang sedang beristirahat. Ada yang sedang tidur ditengah-tengah jalan, ada yang sedang makan, ada yang merokok dan pokoknya beraneka ragam kegiatan mereka.
Ku lihat jam di HP ku menunjukkan pukul 18.35 dan di waktu itu pula saya langsung memberi kabar ke keluarga dan DWA bahwa kereta yang saya tumpangi akan segera berangkat. Alhamdulillah, doa dari keluarga dan DWApun menyertaiku. Tepat pukul 18.40 keretapun sedikit demi sedikit mulai melaju meninggalkan stasiun. Kami pun berdiri di gerbong terakhir
Semakin lama suasana pun semakin panas, di tambah lagi terkadang tercium bau-bau yang kurang sedap. Tapi saya masih bersyukur karena hidung saya masih bisa bekerja dengan normal dan saya bersyukur karena sudah bisa naik di kereta itu dan bisa berbaur dengan masyarakat yang berbeda suku, ras, agama dan golongan.
Saya menyadari, mungkin sudah lama saya menikmati enaknya fasilitas yang diberikan oleh tempat magang saya. Kadang duduk dalam mobil mewah, berangkat dan pulang kerja pake kendaraan sendiri dan tidak sempat menyapa masyarakat, kadang juga menikmati sesuatu yang bukannya hak saya. Dari itulah saya mulai sadar arti kehidupan bermasyakat.
Di tempat berdiri itu ada dua orang TNI AD, bapak yang sudah tua renta, dan empat pemuda yang sedang duduk di pinggir pintu masuk kereta. Setelah 30 menit dari mulainya perjalanan, dari arah gerbong depan datang petugas yang memeriksa tiket kereta. Tiket kami pun akhirnya di bolongi yang dijadikan sebagai tanda, tapi anehnya knapa pada saat kedua TNI AD itu di minta menunjukkan karcisnya dan terbukti tidak mempunyai karcis tersebut masih bisa menumpang di kereta itu? Dan knapa hanya dengan uang pecahan sepuluh ribu kedisiplinan peraturan kereta api jadi tidak berlaku? Apa jadinya kalau semua aparat pemerintahan seperti mereka? Apa kata dunia……

Artikel yang berhubungan diantaranya :



0 komentar:

Post a Comment


Copyright 2013 Wasum Diwa